Kepunahan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |

Status konservasi menurut Kategori Daftar Merah IUCN | |
---|---|
![]() | |
Punah | |
Terancam | |
Risiko Rendah | |
Kategori lain | |
| |
Tajuk terkait | |
![]() | |

Kepunahan (IUCN: EX; Extinct) dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi disebabkan wilayah sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit untuk menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu fenomena yang dinamakan takson Lazarus, di mana sebuah spesies dianggap telah punah tetapi muncul kembali.
Sekitar 99 persen dari 5 miliar spesies yang pernah hidup di Bumi,[1] diperkirakan telah punah.[2][3][4] Dari perkiraan spesies yang hidup di Bumi yaitu sekitar 10 hingga 14 juta,[5] 1,2 juta spesies sudah diketahui dan sisanya masih terus diteliti.[6]
Melalui proses evolusi, spesies yang baru muncul dari suatu mekanisme spesiasi (dalam bahasa Inggris: speciation) di mana jenis makhluk hidup baru muncul dan berkembang biak secara lancar bila mereka mempunyai ecology niche. Spesies akan punah bila mereka tidak bisa bertahan bila ada perubahan pada ekologi mereka ataupun bila persaingan makin ketat dengan makhluk hidup lain yang lebih kuat. Umumnya, suatu spesies akan punah dalam waktu 10 juta tahun, dihitung dari permulaan kemunculannya. Beberapa spesies, biasanya juga disebut fosil hidup, telah bertahan dan tidak banyak berubah selama ratusan juta tahun. Salah satu contoh fosil hidup adalah buaya.
Sebelum manusia memenuhi muka bumi, laju kepunahan makhluk hidup cukup rendah, walaupun beberapa kepunahan massal telah terjadi sebelum itu. Sejak kira-kira 100.000 tahun yang lalu, seiring dengan laju populasi manusia yang makin tinggi, laju kepunahan makhluk hidup menjadi sangat cepat, jauh lebih cepat dari kepunahan kapur-paleogen, yang terjadi sekitar 65,5 juta tahun yang lalu. Kepunahan ini dinamakan kepunahan Holosen, salah satu dari enam jenis kepunahan yang sudah diidentifikasikan sampai saat ini.
Definisi
[sunting | sunting sumber]

Suatu spesies dinamakan punah bila anggota terlahir dari spesies tersebut mati. Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut punah secara fungsional, bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak, misalnya karena sudah tua atau hanya ada satu jenis kelamin.
Di dalam ilmu ekologi, istilah kepunahan dipakai untuk kepunahan di suatu studi area. Namun spesies ini masih bisa ditemukan di tempat lain. Fenomena ini disebut juga ekstirpasi. Contohnya adalah penempatan serigala dari tempat lain di Taman Nasional Yellowstone, di Idaho, Amerika Serikat, tetapi sebelumnya serigala sudah punah di tempat itu.
Salah satu aspek penting di tema kepunahan binatang ialah usaha manusia untuk mengembangkan spesies yang terancam punah (endangered species) dengan membuat kategori dalam status konservasi. Kategori ini memberikan indikasi dari risiko kepunahan suatu spesies. Salah satu kategori membagi jenis ancaman kepunahan menjadi terancam kritis, terancam, dan rawan.
Kepunahan Semu
[sunting | sunting sumber]Kepunahan dari Spesies induk dimana Spesies anak atau Subspecies masih ada dinamakan Kepunahan Semu atau Kepunahan Filetik.
Ada dua tipe, yaitu Anagenesis, dimana Taksonnya hilang dan berubah menjadi Spesies baru, menjadi penerus. Kladogenesis, dimana Taksonnya dibelah menjadi dua, berubah menjadi Klad
Kepunahan semu sulit dibuktikan kecuali jika seseorang memiliki rantai bukti kuat yang menghubungkan spesies yang masih hidup dengan anggota spesies yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, terkadang diklaim bahwa Hyracotherium yang telah punah, yang merupakan kuda purba yang memiliki nenek moyang yang sama dengan Kuda modern, adalah kepunahan semu, bukan punah, karena ada beberapa spesies Equus yang masih ada, termasuk Zebra dan Keledai; namun, karena spesies fosil biasanya tidak meninggalkan materi genetik, seseorang tidak dapat mengatakan apakah Hyracotherium berevolusi menjadi spesies kuda yang lebih modern atau hanya berevolusi dari nenek moyang yang sama dengan kuda modern. Kepunahan semu jauh lebih mudah dibuktikan untuk kelompok taksonomi
Takson Lazarus
[sunting | sunting sumber]Artikel utama: Takson Lazarus
Sebuah Takson lazarus atau Spesies Lazarus mengacuk kepada instansi dimana sebuah Spesies atau takson dikira Punah, tapi kemudian ditemukan lagi, hal ini juga dapat merujuk pada contoh-contoh di mana terdapat kesenjangan besar dalam catatan fosil suatu takson yang menyebabkan fosil muncul kembali jauh di kemudian hari, meskipun takson tersebut mungkin pada akhirnya telah punah di kemudian hari.
Contohnya adalah Coelacanth, Sebuah ikan yang berkerabat dengan Tetrapoda dan Ikan Lempung, Hanya diketahui lewat fosil dan dipertimbangkan Punah di akhir jaman Kapur. Tetapi di tahun 1938, sebuah spesimen hidup ditemukan di Sungai Chalumna(sekarang Tyolomnqa) di pantai timur Afrika Selatan.
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Selama spesies berevolusi, spesies telah punah. Diperkirakan lebih dari 99,9% dari semua spesies yang pernah hidup telah punah. Rentang hidup rata-rata spesies adalah 1–10 juta tahun, meskipun ini sangat bervariasi antar taksa. Berbagai penyebab dapat berkontribusi secara langsung atau tidak langsung terhadap kepunahan spesies atau kelompok spesies. "Sama seperti setiap spesies itu unik", tulis Beverly dan Stephen C. Stearns, "demikian pula setiap kepunahan ... penyebab masing-masing beragam—ada yang halus dan rumit, ada yang jelas dan sederhana", Secara sederhana, spesies apa pun yang tidak dapat bertahan hidup dan bereproduksi di lingkungannya dan tidak dapat pindah ke lingkungan baru tempat ia dapat melakukannya, punah dan punah. Kepunahan suatu spesies dapat terjadi secara tiba-tiba ketika spesies yang sehat musnah sepenuhnya, seperti ketika polusi beracun membuat seluruh habitatnya tidak dapat ditinggali; atau dapat terjadi secara bertahap selama ribuan atau jutaan tahun, seperti ketika suatu spesies secara bertahap kalah dalam persaingan makanan dengan pesaing yang lebih beradaptasi. Kepunahan dapat terjadi lama setelah peristiwa yang memicunya, suatu fenomena yang dikenal sebagai utang kepunahan.
Penilaian kepentingan relatif faktor genetik dibandingkan dengan faktor lingkungan sebagai penyebab kepunahan telah dibandingkan dengan perdebatan tentang Alam dan Pengasuhan. Pertanyaan apakah kepunahan lebih banyak dalam catatan fosil disebabkan oleh evolusi atau oleh persaingan atau oleh pemangsaan atau oleh penyakit atau oleh bencana adalah subjek diskusi; Mark Newman, penulis Modeling Extinction, berpendapat untuk model matematika yang jatuh pada semua posisi. Sebaliknya, biologi konservasi menggunakan model pusaran kepunahan untuk mengklasifikasikan kepunahan berdasarkan penyebabnya. Ketika kekhawatiran tentang kepunahan manusia telah muncul, misalnya dalam buku Sir Martin Rees tahun 2003 Our Final Hour, kekhawatiran tersebut terletak pada dampak perubahan iklim atau bencana teknologi.
Alam
[sunting | sunting sumber]Perubahan iklim
[sunting | sunting sumber]Artikel utama:Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca iklim dalam periode waktu yang sangat lama. Bentuk perubahan iklim berkaitan dengan perubahan kebiasaan cuaca atau perubahan persebaran kejadian cuaca. Penyebab utama terjadinya perubahan iklim yaitu pemanasan global. Alasan kenapa hewan-hewan bisa punah dengan Perubahan iklim adalah Hilangnya habitat mereka dan Penggurunan atau Desertifikasi.
Perbuatan manusia
[sunting | sunting sumber]Kepunahan Holosen
[sunting | sunting sumber]Artikel Utama: Kepunahan Holosen
Disebut juga sebagai Kepunahan Antroposen, adalah istilah yang dipakai untuk merujuk pada peristiwa kepunahan massal yang mulai terjadi pada masa Holosen (sejak tahun 10.000 SM hingga sekarang). Ada banyak spesies flora dan fauna yang punah, dan sebagian besar habitatnya berada di hutan hujan. 875 kepunahan telah tercatat oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources dari tahun 1500 hingga 2009. Namun, sebagian besar kepunahan tidak tercatat sejarah. Menurut teori spesies-wilayah, tingkat kepunahan saat ini kira-kira sebesar 140.000 spesies per tahun.
Beberapa hewan yang sudah punah pada zaman Holosen
[sunting | sunting sumber]Dodo
[sunting | sunting sumber]Dodo berasal dari Mauritius. Dodo bergerak lamban dan cukup jinak, sifat yang sebenarnya tidak begitu bagus untuk bisa bertahan hidup. Dagingnya tidak enak bila dimakan dan mempunyai hubungan jauh dengan famili burung merpati. Ia diperkirakan mempunyai ketinggian 70 cm dan lebar yang hampir sama dari paruh sampai buntut. Dodo adalah jenis burung yang tidak dapat terbang. Oleh karena itu, ia meletakkan telurnya di tanah. Tak heran bila telurnya banyak dimakan hewan yang dibawa oleh manusia pada abad ke-17 ke pulau Mauritius, seperti babi, anjing, dan keledai. Dalam waktu 70 tahun setelah orang Eropa pertama kali menginjakkan kaki di Mauritius, Dodo menjadi punah. Dodo diperkirakan punah pada tahun 1693.
Nasib tragis dodo tidak berhenti sampai begitu saja. Pada tahun 1755, direktur Museum Ashmolean di Oxford memerintahkan untuk membakar eksemplar dodo di museum karena tampangnya makin jelek. Ini keputusan yang cukup mengagetkan karena eksemplar ini adalah satu-satunya yang ada. Seorang pekerja museum yang tidak setuju dengan keputusan ini mencoba menyelamatkan eksemplar dodo dari bakar api. Sayangnya, ia hanya berhasil menyelamatkan kepala dan sebagian dari kakinya.
Akibat dari keputusan yang bodoh ini, kita tidak tahu dengan pasti bagaimana rupa dodo. Juga kita tidak tahu bagaimana ia berkembang biak, makannya apa, suaranya, dan lain-lain. Kita juga tidak mempunyai satu pun eksemplar dari telurnya. Informasi mengenai dodo sangat sedikit. Hanya informasi yang tidak pasti dari pelaut-pelaut dan beberapa lukisan dodo hasil interpretasi pelukisnya. Tak heran Hugh Edwin Strickland, seorang naturalis Inggris, mempunyai komentar ironis mengenai dodo:
"Kita mempunyai eksemplar yang lebih lengkap dari sauropoda (suatu jenis dinosaurus) dibandingkan dodo, seekor burung yang hidup pada zaman modern dan yang hanya punya satu tuntutan dari manusia: untuk dibiarkan hidup dengan tenang."
Sapi Laut Stellers
[sunting | sunting sumber]Sapi laut Stellers adalah jenis sapi laut yang mempunyai hubungan dengan duyung. Binatang ini sangat besar; binatang yang dewasa berbobot 10 ton dan bisa mencapai kepanjangan 9 meter. Georg Steller, seorang botanis Jerman yang bekerja di Alaska (dulunya bagian dari Rusia), sangat menggemari binatang ini. Ia menemukan binatang ini pada tahun 1741 di pulau Siberia, di depan pesisir Siberia. Ia membuat gambar yang sangat detail. Berdasarkan hasil observasinya, Georg Steller menggambarkan berapa panjang kumis binatang ini. Entah mengapa, Steller tidak menggambarkan kelamin dari jenis jantan, walaupun ia menggambarkan secara teliti kelamin dari jenis betina. Steller bahkan menyimpan sebagian dari kulit binatang ini, sehingga ilmuwan bisa mempelajari struktur kulitnya. Ini adalah prestasi yang cukup luar biasa, dibandingkan kisah dodo di atas. Tak heran, hewan ini dinamakan dari Georg Steller.
Satu hal yang tidak bisa dilakukan Steller ialah menyelamatkan binatang ini dari kepunahan. Binatang ini banyak diburu dengan ganas untuk bahan makanan dan kulitnya dipakai untuk membuat kapal. Lemak dari hewan ini juga dipakai sebagai bahan dasar pembuatan mentega dan untuk bahan bakar lampu. Minyak hewan ini tidak mempunyai bau ataupun asap, juga bisa disimpan lama di suhu yang cukup panas. Pada tahun 1768, kira-kira 30 tahun setelah binatang ini pertama kali diamati, ia punah.
Burung Kecil dari Pulau Stephen, Selandia Baru
[sunting | sunting sumber]Kepunahan burung ini memberikan contoh bahwa penyebab kepunahan tidak hanya akibat dari kekejaman manusia, tetapi juga kebodohan. Pada tahun 1894, sebuah mercusuar dibangun di pulau Stephen, pulau yang terisolasi berada di selat antara pulau Utara dan Selatan Selandia Baru. Sebelumnya, pulau ini belum pernah diinjak oleh manusia. Penunggu mercusuar itu, bernama David Lyall, mempunyai seekor kucing yang sering membunuh dan membawa burung-burung kecil ke majikannya itu. David Lyall, penghuni satu-satunya dari pulau Stephen, mengirimkan suatu eksemplar ke museum di Wellington. Direktur museum ini sangat senang, karena burung kecil ini adalah satu-satunya contoh dari burung kecil yang bisa berkicau dan tidak dapat terbang. Dengan tergesa-gesa ia pergi ke pulau Stephen. Sesampainya dia di sana, ternyata kucing itu telah membunuh semua burung kecil yang ada di pulau itu. Binatang ini menjadi terkenal karena kepunahannya diakibatkan oleh seekor makhluk hidup saja, yaitu kucing. Burung kecil ini berburu pada waktu malam, tidak bisa terbang dan memakan serangga. Burung ini sangat kecil; paruhnya berukuran 14mm, sayapnya mempunyai kepanjangan 46–49mm, dan ekornya 17mm. Jenis jantan sedikit lebih besar dari jenis betina. Hasil studi arkeologi menunjukkan bahwa burung ini hidup di daratan besar Selandia Baru pada zaman dulu. Kemungkinan besar, populasi burung ini punah di daratan besar akibat kedatangan tikus yang dibawa orang Maori. Hanya sedikit populasi tersisa dari burung ini yang berdiam di pulau Stephen. Sayangnya, burung ini punah juga pada tahun 1894.
Kepunahan di Indonesia
[sunting | sunting sumber]Sudah punah
[sunting | sunting sumber]Terancam punah
[sunting | sunting sumber]- Badak jawa
- Badak sumatra
- Harimau sumatra
- Kangguru pohon
- Orang utan
- Kelinci sumatra
- Tikus hidung panjang flores
Rawan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kunin, W.E.; Gaston, Kevin, ed. (31 Desember 1996). The Biology of Rarity: Causes and consequences of rare—common differences. ISBN 978-0412633805. Diakses tanggal 26 Mei 2015.
- ^ Stearns, Beverly Peterson; Stearns, S. C.; Stearns, Stephen C. (2000). Watching, from the Edge of Extinction. Yale University Press. hlm. 1921. ISBN 978-0-300-08469-6. Diakses tanggal 2014-12-27.
- ^ Novacek, Michael J. (8 November 2014). "Prehistory's Brilliant Future". New York Times. Diakses tanggal 2014-12-25.
- ^ Newman, Mark (1997). "A model of mass extinction". Journal of Theoretical Biology. 189: 235–252. doi:10.1006/jtbi.1997.0508.
- ^ G. Miller; Scott Spoolman (2012). Environmental Science – Biodiversity Is a Crucial Part of the Earth's Natural Capital. Cengage Learning. hlm. 62. ISBN 1-133-70787-4. Diakses tanggal 2014-12-27.
- ^ Mora, C.; Tittensor, D.P.; Adl, S.; Simpson, A.G.; Worm, B. (23 August 2011). "How many species are there on Earth and in the ocean?". PLOS Biology. 9: e1001127. doi:10.1371/journal.pbio.1001127. PMC 3160336. PMID 21886479. Diakses tanggal 26 Mei 2015. Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai (link)
