Minggu (hari)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Minggu atau Ahad adalah salah satu nama hari dalam seminggu, yaitu antara hari Sabtu dan Senin. Menurut ISO 8601, hari Minggu merupakan hari ketujuh dan terakhir dalam seminggu. Sementara menurut beberapa negara, khususnya Indonesia, dan dalam tradisi Abrahamik, hari Minggu merupakan hari pertama dalam seminggu.

Nama arkais untuk hari Minggu adalah Raditya,[butuh rujukan] mirip dengan nama Redite dalam bahasa Bali.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Minggu[sunting | sunting sumber]

Kata "Minggu" diambil dari bahasa Portugis, Domingo (dari bahasa Latin dies Dominicus, yang berarti "dia do Senhor", atau "hari Tuhan kita"). Dalam bahasa Melayu yang lebih awal, kata ini dieja sebagai Dominggu.[1] Baru sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kata ini dieja sebagai "Minggu".[butuh rujukan]

Ahad[sunting | sunting sumber]

Kata "Ahad" berasal dari bahasa Arab, الْأَحَد (al-ʾaḥad), yang berakar dari kata أَحَد (ʾaḥad) yang berarti "satu".[2]

Raditya[sunting | sunting sumber]

Kata "Raditya" berasal dari bahasa Sanskerta, आदित्य (ādityá), yang merujuk pada dewa-dewa matahari keturunan Aditi, terutama Surya, dalam agama Hindu, serta merujuk pada Matahari.{{

Nama hari[sunting | sunting sumber]

Berikut ini merupakan nama hari Minggu dalam berbagai bahasa.

Bahasa Kata Arti
Jerman Sonntag Hari matahari
Belanda Zondag
Inggris Sunday
Swedia Söndag
Denmark Søndag
Jepang 日曜日 (nichiyōbi)
Mandarin 星期日 (xīng qī rì)
Katalan Diumenge Hari Tuhan
Spanyol Domingo
Prancis Dimanche
Galego Domingo
Yunani Κυριακή (kyriakí)
Italia Domenica
Portugis Domingo
Romania Duminică
Indonesia Minggu
Estonia Pühapäev Hari suci
Basque Igande Hari kenaikan
Turki Pazar Pasar
Polandia Niedziela Tidak bekerja
Ceko Neděle
Lituania Sekmadienis Hari ketujuh
Ibrani יוֹם רִאשׁוֹן (yom rishón) Hari pertama
Arab الْأَحَد (al-ʾaḥad) Satu
Melayu Ahad
Indonesia Ahad

Kepentingan[sunting | sunting sumber]

Hari Minggu adalah sebuah hari libur di banyak negara di dunia. Layanan sektor publik biasa berhenti pada hari Minggu, namun layanan sektor privat, seperti hotel dan restoran, biasanya tetap buka atau malah mengalami lonjakan permintaan dari turis yang berlibur atau hanya sekadar berakhir pekan. Kantor-kantor bisnis yang bukan ritel, biasa tutup pada hari Minggu, namun pabrik-pabrik ada yang tetap beroperasi 7 hari seminggu.

Di beberapa negara Muslim dan Israel, Minggu adalah hari pertama masuk kerja.

Dalam industri surat kabar dan media lainnya, biasa edisi hari Minggu berbeda dengan edisi hari biasa, atau edisi cetak tambahan khusus (untuk surat kabar) yang hanya terbit pada hari Minggu.

Kompetisi olahraga sering dilangsungkan pada hari Minggu, ketika banyak orang tidak bekerja

Perayaan Kristen[sunting | sunting sumber]

Bagi umat Kristen, hari Minggu bermakna sebagai hari suci, hari istirahat, dan hari kebangkitan. Umat Kristen mula-mula tetap mengamalkan Sabat pada hari Sabtu sekaligus merayakan "pemecahan roti" pada hari Minggu, yang dilakukan untuk mengenang Kebangkitan Yesus yang terjadi pada "hari pertama minggu itu".[3] Perayaan tersebut disebutkan dalam Kisah Para Rasul 20:7.

"Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam."

Sehingga seiring berjalannya waktu, perayaan hari Minggu mulai mendapat tempat yang khusus dalam peribadatan Gereja mula-mula, sementara kepentingan hari Sabtu berangsur-angsur menghilang.

Pada tanggal 7 Maret 321, Kaisar Konstantinus Agung, menetapkan hari Minggu sebagai hari peristirahatan bangsa Romawi.

Pada Hari Matahari yang mulia, setiap pejabat dan orang-orang yang tinggal di kota dibiarkan untuk beristirahat, dan semua tempat kerja dibiarkan untuk ditutup. Akan tetapi, orang-orang di pedesaan yang terlibat dalam bidang pertanian dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara bebas dan sah, karena sering didapati kejadian bahwa hari lain tidak begitu cocok untuk menabur benih atau menanam anggur. Jangan sampai karena mengabaikan saat yang tepat untuk kegiatan semacam itu, karunia surga terlewatkan.[4]

Para reformator gereja, Luther dan Calvin memandang hari Minggu sebagai institusi sipil yang dibuat oleh manusia, yang menyediakan waktu bagi manusia untuk beristirahat dan beribadah.[5]

Katekismus Singkat Westminster (1647) menjelaskan

59. Hari apa di antara ketujuh hari yang Allah tetapkan menjadi hari Sabat mingguan?
Jawab: Dari permulaan dunia hingga kebangkitan Kristus, Allah menetapan hari ketujuh menjadi hari Sabat mingguan; sesudah itu hari pertama, sampai akhir dunia. Hari itu adalah hari Sabat Kristen. (Kej 2:2–3; 1Ko 16:1, 2; Kis 20:7)

Sementara Katekismus Panjang Westminster menjabarkan lebih lanjut tentang perayaan Sabat (Dasa Titah yang keempat)

116. Apa yang dituntut dalam hukum yang keempat?
Jaw. Hukum yang keempat menuntut agar semua orang menguduskan dan membaktikan kepada Allah waktu-waktu tertentu, yang telah ditetapkan-Nya dalam Firman-Nya, khususnya satu hari penuh setiap tujuh hari. Dari permulaan dunia hingga kebangkitan Kristus, hari itu ialah hari ketujuh; sesudah itu hari pertama tiap-tiap minggu; begitu pula untuk seterusnya sampai akhir dunia. Hari itulah hari Sabat Kristen (Ula 5:12, 14; Kej 2:2–3; 1Ko 16:1–2; Kis 20:7; Mat 5:17–18; Yes 56:2, 4, 6–7), yang dalam Perjanjian baru disebut 'Hari Tuhan'. (Wah 1:10)

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Beknopte Maleische spraakkunst en chrestomathie met Italiaansch en Arabisch karakter: benevens een volledig hoog en laag Maleisch en Nederduitsch woordenboek met Italiaansch karakter, Broese & comp., 1839
  2. ^ Lihat definisi אֶחָד
  3. ^ Lukas 24:1
  4. ^ Philip Schaff, History of the Christian Church: Vol. II: From Constantine the Great to Gregory the Great A.D. 311–600 (New York: Charles Scribner, 1867) page 380 note 1.
  5. ^ R. J. Bauckham (1982), D. A. Carson, ed., "Sabbath and Sunday in the Protestant tradition", From Sabbath to Lord's Day, Zondervan: 311–342