Questioning
Orientasi seksual |
---|
![]() |
Berbagai orientasi seksual |
Kategori non-biner |
Penelitian |
|
Bagian dari seri mengenai |
Transgender |
---|
![]() |
Bagian dari seri tentang |
LGBT |
---|
lesbian ∙ gay ∙ biseksual ∙ transgender |
![]() |
Questioning (Indonesia: mempertanyakan) adalah proses mempertanyakan orientasi seksual, identitas seksual, dan/atau gender[1][2] pada orang yang masih merasa tak yakin, masih mengeksplorasi diri, ataupun merasa khawatir dengan penerapan label sosial pada diri mereka karena berbagai alasan.[3][4] Huruf "Q" terkadang dimasukan pada akhir akronim LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender); huruf "Q" tersebut bisa bermakna queer (kwir) maupun questioning.[5][6]
Orientasi seksual, identitas seksual, atau gender tidak selalu bersimpangan satu sama lain; misalnya, jika individu mengidentifikasi diri mereka sebagai heteroseksual, bisa saja individu tersebut tertarik tidak hanya pada lawan jenisnya. Orang heteroseksual dapat melakukan interaksi seksual dengan sesama jenisnya, tanpa harus mengidentifikasi diri sebagai biseksual.[7] Hal ini berlaku pula dengan identitas gender dan ekspresi gender. Individu yang mengidentifikasi diri mereka sebagai cisgender (memiliki gender yang sesuai dengan jenis kelamin yang ditunjuk) pun dapat mengekspresikan gender yang tak sesuai dengan norma gender yang maskulin dan feminin (menonkonformkan gender; baik itu dari penampilan, perilaku, ataupun perangainya), tanpa harus mengidentifikasi diri mereka sebagai transgender atau nonbiner.[8] Mereka juga dapat menonkonformkan gender sebagai bentuk eksplorasi gender individu untuk menemukan identitas yang sesuai dengan jati dirinya seiring dengan berjalannya waktu.[9]
Individu yang merasa bahwa identitas "transgender" dan "cisgender" tidak sesuai dengan jati dirinya dapat mengidentifikasi dirinya dalam identitas gender ketiga, gender netral, gender nonbiner, genderqueer, agender, gender lain (baik itu gender yang dekat dengan tradisinya, hingga gender-gender baru) atau bahkan sama sekali tidak melabeli diri pada gender manapun.[10] Begitupula dengan orang yang merasa bahwa identitas seksual manapun (seperti heteroseksual, biseksual, homoseksual, dan aseksual) tidak sesuai dengan jati dirinya, ia dapat untuk sama sekali tidak melabeli diri pada orientasi seksual apapun.[11] Individu yang merasa bahwa mereka bukan cisgender dan/atau bukan heteroseksual dapat sekedar mengidentifikasi diri mereka dalam identitas payung kwir,[12][13] ataupun tidak sama sekali. Paham bahwa seseorang boleh saja untuk tidak melabeli diri mereka dengan identitas gender dan seksualitas tertentu telah menjadi hal yang populer di masyarakat modern, bersamaan dengan maraknya diskursus dan penerimaan mengenai topik fluiditas seksual dan fluiditas gender.[14]
Umumnya, orang tidak melabeli diri mereka dengan identitas tertentu karena rasa ketidakpastian seseorang dengan seksualitasnya, maupun keengganan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan seksualitas tertentu sebab mereka tak begitu menyenangi pelabelan diri, ataupun mereka ingin merasa bebas dengan ketertarikan mereka—alih-alih merasa terpaksa agar ketertarikannya sesuai dengan identitas seksual mereka—baik itu ketertarikan pada lawan jenis, sesama jenis, kedua jenis, atau gender tertentu. Tidak melabeli diri dengan identitas seksual tertentu juga dapat berakar dari keengganan seseorang untuk menerima status mereka sebagai minoritas seksual (memiliki homofobia terinternalisasi; lihat juga: closeted).[11]
Remaja yang mempertanyakan gender dan seksualitas
[sunting | sunting sumber]
Banyak kelompok pelajar-mahasiswa dan buku LGBT memasukan questioning dalam literatur mereka; pada kasus aliansi gay-straight, mereka sengaja melakukannya agar para pelajar dan mahasiswa tidak merasa terpaksa melabeli diri mereka maupun terpaksa memilih satu atau beberapa dari identitas gender dan seksualitas yang ada.[15][16]
Menurut Asosiasi Psikologis Amerika:
Masa remaja dapat menjadi masa bereksperimentasi, dan banyak pemuda yang mempertanyakan perasaan seksual mereka. Bermulanya kesadaran atas perasaan seksual adalah tugas yang normal dalam perkembangan masa remaja. Terkadang, remaja dapat memiliki perasaan suka sesama jenis, maupun pengalaman yang menyebabkan kebingungan mengenai orientasi seksual mereka. Rasa kebingungan ini tampaknya berkurang seiring dengan berjalannya waktu, dengan hasil yang berbeda bagi tiap individu.[17]
Beberapa pemuda menghindari pelelaan (mengungkapkan orientasi seksualnya pada orang lain) karena stigma sosial yang homofobik di masyarakat.[17][18] Bagi beberapa pemuda, menerima identitas seksual dan gender mereka sendiri dapat mengakhiri rasa kebingungan mereka.[17] Umumnya, pemuda yang mendapat dukungan mengenai seksualitas dan gendernya dapat menjalani hidup yang bahagia dan sehat. Meski demikian, mereka yang tidak mendapatkan dukungan tersebut lebih mungkin untuk mengalami perundungan, memiliki pikiran-pikiran untuk bunuh diri, dan lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivitas yang berisiko—seperti melakukan hubungan seksual yang berisiko (misalnya hubungan seksual tanpa pengaman [tanpa penggunaan kondom]), menyalahgunakan obat-obatan, dan menjadi alkoholik. Remaja yang mempertanyakan gender dan seksualitasnya lebih rentan dengan hal-hal tersebut, dibandingkan dengan kawan LGBT mereka yang terbuka (open) serta/atau yang terhubung dan saling-dukung dengan komunitasnya.[19]
Remaja dan identitas gender
[sunting | sunting sumber]Identitas gender adalah hal yang sangat penting bagi perkembangan individu muda, hal ini karena gender adalah bagian besar dari identitas sosial pribadi mereka. Kebingungan dan pertanyaan yang ada di kala pembentukan identitas gender dapat dipengaruhi oleh keharusan individu untuk menyesuaikan diri dengan binerisme gender (penggolongan gender dalam dua kategori: laki-laki dan perempuan) ataupun keharusan individu untuk patuh pada cita-cita sosial yang dibangun oleh masyarakat umum (seperti berperilaku dan berpenampilan layaknya peran gender tradisional).[7] Jenis kelamin yang ditunjuk kepada seseorang saat lahirnya, atau disebut juga sebagai "jenis kelamin lahir", tidak selalu bisa dipertukarkan dengan istilah "identitas gender" dan "peran gender". Jenis kelamin saat lahir dan identitas gender merupakan dua komponen identitas yang berbeda; identitas gender pada individu pun tidak selalu berkembang sesuai dengan jenis kelamin lahirnya. Identitas gender juga tidak sama dengan peran gender; identitas gender adalah inti dari perasaan kedirian (Inggris: sense of self), sedangkan peran gender melibatkan pengadaptasian penanda gender yang dibangun secara sosial (pakaian, perangai, dan perilaku) kepada diri sendiri—yang secara tradisional dianggap maskulin maupun feminin. Jenis kelamin saat lahir, identitas gender, dan peran gender—meski merupakan hal yang berbeda—ketiganya saling mempengaruhi satu-sama-lain secara kompleks. Begitu pula dengan ketertarikan seksual seseorang.[20] Konstruksi sosial mengenai maskulinitas dan femininitas juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan kebingungan bagi kaum muda; hal itu dapat memengaruhi cara mereka untuk berperilaku jika mereka mengidentifikasi diri dengan identitas gender atau orientasi seksual tertentu.[20]
Gangguan maturitas seksual
[sunting | sunting sumber]Masalah kecemasan dan depresi yang berkenaan dengan keraguan tentang identitas gender ataupun orientasi seksual seseorang telah diklasifikasikan sebagai gangguan maturitas seksual oleh WHO dalam ICD-10 pada, "penyakit/masalah mental dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual".[21] Orientasi seksual sendiri bukanlah penyakit dan tidak diklasifikasikan dalam judul ini.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Closeted
- Disforia gender
- Fluiditas seksual
- Fluiditas gender
- Homofobia
- Identitas gender
- Ketertarikan seksual
- Melela
- Orientasi seksual
- Terjun ke dunia pelangi
- Transfobia
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Webber, Carlisle K. (2010). Gay, Lesbian, Bisexual, Transgender and Questioning Teen Literature: A Guide to Reading Interests. Libraries Unltd Inc., ISBN 978-1-59158-506-0
- ^ Bahrampour, Tara (April 4, 2005). Silence Speaks Volumes About Gay Support. Diarsipkan 2018-08-30 di Wayback Machine. Washington Post
- ^ Martin, Hillias J.; Murdock, James R. (2007). Serving lesbian, gay, bisexual, transgender, and questioning teens: a how-to-do-it manual for librarians. Neal-Schuman Publishers, ISBN 978-1-55570-566-4
- ^ How to Cope With Your Sexual Identity Diarsipkan 2019-11-19 di Wayback Machine., TeenIssues
- ^ Grisham, Lara (June 1, 2015). What does the Q In LGBTQ stand for? Diarsipkan 2020-03-01 di Wayback Machine. USA Today
- ^ Petrow, Steven (May 23, 2014). Civilities: What does the acronym LGBTQ stand for? Diarsipkan 2020-01-03 di Wayback Machine. Washington Post
- ^ a b Spinelli, Ernesto (2014). "Being Sexual: Human Sexuality Revisited" (PDF). Existential Analysis: Journal of the Society for Existential Analysis. 25 (1): 17–42. Gale A361352864. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 2021-05-05. Diakses tanggal 2021-03-29.
- ^ Stitt, Alex (2020). ACT For Gender Identity: The Comprehensive Guide. London: Jessica Kingsley Publishers. ISBN 978-1-78592-799-7. OCLC 1089850112.
- ^ Katz-Wise, Sabra (December 3, 2020). "Gender fluidity: What it means and why support matters". Harvard Health Publishing. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal April 12, 2023. Diakses tanggal April 12, 2023.
- ^ Gevisser, Mark (23 March 2015). "Engendered". The Nation. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 29 March 2021.
- ^ a b Diamond, Lisa M (2007). "A dynamical systems approach to the development and expression of female same-sex sexuality". Perspectives on Psychological Science. 2 (2): 142–161. doi:10.1111/j.1745-6916.2007.00034.x. PMID 26151957. S2CID 9799972.
- ^ "Definition of QUEER". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2019-12-02. Diakses tanggal 2024-02-17.
- ^ "The 'Q' in LGBTQ: Queer/Questioning". American Psychiatric Association. December 11, 2019. Diakses tanggal March 3, 2024.
- ^ Diamond, Lisa M.; Butterworth, Molly (September 2008). "Questioning Gender and Sexual Identity: Dynamic Links Over Time". Sex Roles. 59 (5–6): 365–376. doi:10.1007/s11199-008-9425-3. S2CID 143706723.
- ^ "Creating Safe Space for GLBTQ Youth: A Toolkit". Diarsipkan dari asli tanggal 2014-12-21. Diakses tanggal 2014-12-22.
- ^ "Gay-Straight Alliances: Common Legal Questions and Answers", Courtney Joslin, National Center for Lesbian Rights.
- ^ a b c "Answers to Your Questions: For a Better Understanding of Sexual Orientation and Homosexuality" (PDF). Washington DC: American Psychological Association. 2008. hlm. 3–4. Diakses tanggal 2011-02-01.
- ^ Thomas, Suzy R.; Larrabee, Timothy G. (2002). Gay, Lesbian, Bisexual, and Questioning Youth. In Sandoval, Jonathan (Ed.) Handbook of crisis counseling, intervention, and prevention in the schools, pp. 301 ff. Psychology Press, ISBN 978-0-8058-3616-5
- ^ Hutchison, Elizabeth D. (2010). Dimensions of Human Behavior: The Changing Life Course. SAGE. hlm. 252. ISBN 9781412976411.
- ^ a b Istar Lev, Arlene (10 September 2010). "How Queer!-The Development of Gender Identity and Sexual Orientation in LGBTQ-Headed Families". Family Process. 49 (3): 268–290. doi:10.1111/j.1545-5300.2010.01323.x. PMID 20831761. S2CID 143771065.
- ^ F66.0